terima kasih, tuk waktu yang kau berikan di sela sibukmu,
terima kasih tuk kata yang kau hiburkan diantara tangisku
dan terima kasih tuk semangat yang kau bisikkan di tengah lemahku.
seperti telah diatur olehnya, sebelum semua ini terjadi padaku, kita berkenalan.
walo awalnya hanya sapaan yang sangat standart, asl pls!
sahabat, hari ini ingin sekali aku bertutur seperti kemarin. membagikan duka ini kepadamu, walau dirimu (mungkin) akan jenuh dengan ceritaku yang itu2 juga. tapi kamu harus sabar dan mengerti, bahwa seminggu bahkan mungkin sebulan ke depan aku bakal bawakan cerita yang sama, tokoh yang sama, dan..... dengan air mata yang sama.
sudahlah! berhentilah memintaku usaikan tangis. karena tangis ini masih selalu ada. sepanjang aku ingat cerita itu, tangis ini akan selalu menyertainya, sepanjang itu pula aku merindukan tokohnya. biarkan aku dulu sahabatku, tugasmu hanya mendengar, menyimak dan memintaku bersabar. tapi jangan pernah coba memintaku melupakannya.
ibarat tanaman, dirinya telah berakar di hatiku. tertanam dalam dan kuat. untuk membuatnya mati, aku harus meminum racun yang super hebat. atau adakah pejantan yang tangguh mencabutnya?
sahabat, ternyata kamu masih di sana, di sudutmu, menyepi. mimikmu isyaratkan beban yang juga saat ini tindih hatimu. ah bagaimana mungkin aku bisa berbagi saat ini. bukankah dirimu yang butuh tempat tuk letakkan beban saat ini?
sahabat, berkali-kali aku klik id mu di listku, mengetikkan beberapa baris keluhan, kemudian aku klose kembali. tiada keberanian tuk tekan n-ter. tidak! hari ini aku harus memberikan ruang padamu, tuk redakan gejolak yang mengaduk-aduk hatimu. bila kau percaya, luahkanlah padaku, seperti yang selama ini aku lakukan kepadamu.
sahabat,
ibarat padang hijau nan luas tempat meletakkan segala beban
ibarat telaga nan bening tempat berbasuh ketika gerah
ibarat mata air yang sejuk tempat mereguk ketika kehausan
terima kasih tuk kata yang kau hiburkan diantara tangisku
dan terima kasih tuk semangat yang kau bisikkan di tengah lemahku.
seperti telah diatur olehnya, sebelum semua ini terjadi padaku, kita berkenalan.
walo awalnya hanya sapaan yang sangat standart, asl pls!
sahabat, hari ini ingin sekali aku bertutur seperti kemarin. membagikan duka ini kepadamu, walau dirimu (mungkin) akan jenuh dengan ceritaku yang itu2 juga. tapi kamu harus sabar dan mengerti, bahwa seminggu bahkan mungkin sebulan ke depan aku bakal bawakan cerita yang sama, tokoh yang sama, dan..... dengan air mata yang sama.
sudahlah! berhentilah memintaku usaikan tangis. karena tangis ini masih selalu ada. sepanjang aku ingat cerita itu, tangis ini akan selalu menyertainya, sepanjang itu pula aku merindukan tokohnya. biarkan aku dulu sahabatku, tugasmu hanya mendengar, menyimak dan memintaku bersabar. tapi jangan pernah coba memintaku melupakannya.
ibarat tanaman, dirinya telah berakar di hatiku. tertanam dalam dan kuat. untuk membuatnya mati, aku harus meminum racun yang super hebat. atau adakah pejantan yang tangguh mencabutnya?
sahabat, ternyata kamu masih di sana, di sudutmu, menyepi. mimikmu isyaratkan beban yang juga saat ini tindih hatimu. ah bagaimana mungkin aku bisa berbagi saat ini. bukankah dirimu yang butuh tempat tuk letakkan beban saat ini?
sahabat, berkali-kali aku klik id mu di listku, mengetikkan beberapa baris keluhan, kemudian aku klose kembali. tiada keberanian tuk tekan n-ter. tidak! hari ini aku harus memberikan ruang padamu, tuk redakan gejolak yang mengaduk-aduk hatimu. bila kau percaya, luahkanlah padaku, seperti yang selama ini aku lakukan kepadamu.
sahabat,
ibarat padang hijau nan luas tempat meletakkan segala beban
ibarat telaga nan bening tempat berbasuh ketika gerah
ibarat mata air yang sejuk tempat mereguk ketika kehausan
No comments:
Post a Comment