Dear My Cousin
Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Dan kamu akan kehilangan banyak demi mendapatkan sesuatu yang lebih dalam hidupmu!
Satu kalimat bijak yang kubuat sendiri tuk menggambarkan keadaan kita sekarang.
Maafkan aku cousin. Sebenarnya aku juga tahu kamu gak bakalan benci padaku, tapi suasana sensi sedang melandaku akhir2 ini. Dicuekin sedikit jadi sedih sekali. Mungkin karena aku (kita) telah kehilangan terlalu banyak kebersamaan, canda, tawa, ahhh, semuanya telah terlindas zaman, semuanya telah tertimbun ambisi dan terinjak-injak oleh cita2. Tapi kita tidak salah telah melakukannya. Semua itu merupakan proses alam. Jika kita tidak beradaptasi, maka alam akan meng-eliminasi kita.
Pandang photo kita yang menjadi latar tulisan ini. Gak ada lagi tawa seperti itu. Senyum seperti itu. Beruntung sekali kita pernah mengabadikan senyum bareng kita sehingga ada yang bisa jadi pengobat bagiku ketika rindu akan kalian mencabik-cabik jantungku. Aku menangis! Aku ingin pulang!
Tak bijak jika aku mengalah begitu saja. Sementara Ana dan Jumi sudah rela melintasi laut demi masa depan, maka aku pun harus bisa bertahan disini walau kita hanya terpisah barisan gunung, (tapi rasa rindu tetap saja mencabik-cabik, I miss u, I miss all, i miss my land).
Maafkan aku cousin, maafkan kami yan pergi meninggalkan kamu. Apa lagi yang bisa buat kamu tertawa? Iya, memang banyak kisah2 lucu di luar, banyak teman2 baik di luar, tapi adakah yang mengalahkan indahnya kebersamaan kita dulu? Tidak ada, bagiku. We are d best, d best team, family, cousin. We always d best in my memory. Believe me, I will be back.
Hmmm, masih ke masjid kah? Aku berani bertaruh, waktumu sempit sekali. Ternyata kita tidak hanya kehilangan kebersaman, tapi juga kehilangan tempat pertemuan denganNya. Aku gak pernah lagi sujud di masjid. Semuanya kelakukan di rumah atau di Simpul, namun aku tetap bersyukur karena masih sempat mengucap kalimat syahadat diantara alunan musik. Eh, kamu sholat kan? Cousin , walau kita jauhan dan sama sibuk, tapi kita selalu bersama dalam hati.
Satu kalimat bijak yang kubuat sendiri tuk menggambarkan keadaan kita sekarang.
Maafkan aku cousin. Sebenarnya aku juga tahu kamu gak bakalan benci padaku, tapi suasana sensi sedang melandaku akhir2 ini. Dicuekin sedikit jadi sedih sekali. Mungkin karena aku (kita) telah kehilangan terlalu banyak kebersamaan, canda, tawa, ahhh, semuanya telah terlindas zaman, semuanya telah tertimbun ambisi dan terinjak-injak oleh cita2. Tapi kita tidak salah telah melakukannya. Semua itu merupakan proses alam. Jika kita tidak beradaptasi, maka alam akan meng-eliminasi kita.
Pandang photo kita yang menjadi latar tulisan ini. Gak ada lagi tawa seperti itu. Senyum seperti itu. Beruntung sekali kita pernah mengabadikan senyum bareng kita sehingga ada yang bisa jadi pengobat bagiku ketika rindu akan kalian mencabik-cabik jantungku. Aku menangis! Aku ingin pulang!
Tak bijak jika aku mengalah begitu saja. Sementara Ana dan Jumi sudah rela melintasi laut demi masa depan, maka aku pun harus bisa bertahan disini walau kita hanya terpisah barisan gunung, (tapi rasa rindu tetap saja mencabik-cabik, I miss u, I miss all, i miss my land).
Maafkan aku cousin, maafkan kami yan pergi meninggalkan kamu. Apa lagi yang bisa buat kamu tertawa? Iya, memang banyak kisah2 lucu di luar, banyak teman2 baik di luar, tapi adakah yang mengalahkan indahnya kebersamaan kita dulu? Tidak ada, bagiku. We are d best, d best team, family, cousin. We always d best in my memory. Believe me, I will be back.
Hmmm, masih ke masjid kah? Aku berani bertaruh, waktumu sempit sekali. Ternyata kita tidak hanya kehilangan kebersaman, tapi juga kehilangan tempat pertemuan denganNya. Aku gak pernah lagi sujud di masjid. Semuanya kelakukan di rumah atau di Simpul, namun aku tetap bersyukur karena masih sempat mengucap kalimat syahadat diantara alunan musik. Eh, kamu sholat kan? Cousin , walau kita jauhan dan sama sibuk, tapi kita selalu bersama dalam hati.
Wassalam, love U all, asya
No comments:
Post a Comment