Anting, Pasanganmu Di Mana?
Aku mengenakan anting, sejak bayi,
sejak ibu menindik telingaku. Kebiasaan itu lalu terbawa hingga sekarang. Akhirnya
merasa aneh ketika tidak ada perhiasan di telinga. Walaupun anting tersebut
tidak lagi kelihatan karena mengenakan hijab. Mengenakan anting bukan lagi
persoalan mau menunjukkan model anting tapi sudah seperti sebuah kebutuhan.
Sejak kecil aku selalu mengenakan
anting dengan model yang sederhana, yaitu yang berupa lingkaran kecil dengan
hiasan satu bola-bola kecil. Semua itu tentunya tak lepas dari ibu yang memang
memilihkan model demikian. Alasanya biar tahan lama. Takutnya jika modelnya
ramai, berjuntai-juntai, malah nanti antingnya cepat putus. Sedangkan ibu tidak
bisa sering-sering membeli anting untuk kami, anak-anaknya. Kebetulan kami ada
tiga orang perempuan. Kami hanya berganti anting jika anting kami hilang
sebelah. Bisanya jika hilang sebelah, ibu lalu mengajak kami ke toko emas dan
melakukan transaksi tukar tambah. Tentunya modelnya sama.
Model anting
itu kemudian lekat denganku, bahkan setelah ibu tiada, bahkan setelah aku bisa
memilih dan membeli sendiri. Aku masih mencari model lingkaran kecil plus satu
bola-bola kecil sebagai hiasannya.
Pernah satu
kali aku menganti anting. Tentunya aku masih mencari model andalan ibuku. Sayangnya
hari itu model tersebut tidak ada di toko langganan kami. Pemilik toko lalu
menunjukkan model yang tidak jauh beda. Masih lingkaran kecil dengan hiasan
bola-bola, tapi jumlah bolanya lebih banyak, 14 bola. Aku lalu memilih model
tersebut. Bertahun-tahun aku memakai model anting dengan model bola-bola yang
lebih banyak.
Suatu hari,
sebelah antingku hilang. Setelah mencari kemana-mana, tidak juga kutemukan. Akhirnya
aku kembali ke toko emas dan melakukan tukar tambah, tentunya dengan model yang
sama. Tanpa kuduga, beberapa waktu kemudian, aku menemukan anting sebelah yang hilang
itu.
Anting hasil
tukar tambah inilah yang kupakai hingga 12 Mei kemarin. Sudah cukup lama. Selama
memakainya, telah beberapa kali pula hilang. Tapi belajar dari kejadian
sebelumnya, tiap kali hilang aku memilih mencarinya dari pada melakukan tukar
tambah di toko emas. Aku berharap selalu dapat menemukannya kembali.
Ini kali
yang ketiga antingku hilang. Setelah melakukan pencarian di kamar tidur, di
ruang nonton, di kamar mandi, tak juga kutemukan. Lalu teringat malam terakhir
aku memakainya, aku sempat ke kafe. Kalau misalnya jatuh di kafe, ya apa boleh
buat, aku sudah ikhlas. Tapi pulang dari kafe aku singgah di rumah teman. Semoga
saja anting yang sebelah itu masih dapat kutemukan.
Kemungkinan
terburuk kalaupun benar-benar hilang, maka anting yang sebelah yang ada padaku
ini akan kusimpan, sebagai anting kenangan.
No comments:
Post a Comment