Setiap kali aku datang ke Soga, (salah
satu desa di Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng) aku selalu merasakan
perasaan yang sama. Sejuk dan damai.
(Dulu) Karena tuntutan pekerjaan, akhirnya
aku lebih sering berinteraksi dengan mereka selama tiga tahun. Dalam seminggu
aku berkali-kali datang, berdiskusi dan belajar tentang banyak hal dengan
mereka. Tentang bencana, lingkungan, perkebunan, wisata, kerajinan. Tentang anak-anak,
pemuda, ibu serta bapaknya. Aku menjadi akrab dengan mereka.
Aku lalu mengenal beberapa sudut
Desa Soga. Aku menemukan banyak keindahan disana. Alamnya indah, udaranya sejuk,
penduduknya ramah. Aku benar-benar terpseona. Pantaslah seorang noni Belanda
pernah bertahan tinggal beberapa bulan dan bahkan kembali lagi membawa
keluarganya. Ya karena pesona Soga. Akhirnya aku tidak keberatan dengan
ungkapan noni Belanda tersebut yang menyatakan bahwa Soga adalah sorga dunia
yang tidak banyak diketahui orang.
Hari ini sebenarnya aku sangat
sibuk. Pekerjaan di kantor tidak ada habisnya. Terhitung sejak usai libur lebaran
Fitri kemarin, hampir tidak ada waktu luang. Ada beberapa kegiatan yang sedang
jalan saat ini, serta ada beberapa kegiatan yang sementara kami rancang untuk
kami laksanakan di waktu mendatang.
Biasanya, dengan kesibukan seperti
ini, aku enggan meninggalkan kantor. Berkutat di ruanganku rasanya lebih tenang
ketimbang pergi. Tapi hal itu tidak berlaku untuk hari ini. Malah sejak pagi
aku mengawasi jam dinding. Aku telah merencanakan usai sholat Lohor aku akan
izin meninggalkan kantor demi menghadiri acara Appy di Desa Soga.
Rahmat Afrianto yang lebih
sering kusapa Appy, pemuda Soga yang kemudian menjadi salah satu keluargaku. Hari ini melangsungkan acara pernikahan dengan
gadis pujaannya. Seminggu sebelumnya dia telah berkabar tentang hari bahagia
ini. Dan ya, dia berharap aku hadir.
Lepas sholat Lohor, dengan suka cita
aku mengendarai motorku. Menyusuri jalan-jalan yang telah sangat akrab
denganku. Pepohonan nan hijau, udara yang sejuk, dan tentu saja jembatan
gantung yang menghubungkan Desa Soga dengan Desa Mariorilau harus aku lewati. Aku
bersenandung sepanjang jalan. Membayangkan pertemuan dengan keluarga Soga.
Mungkin perasaanku berlebihan
ketika aku merasa bahwa mereka di sana adalah keluarga-ku. Tapi aku tidak dapat
memungkiri perasaan itu. Meski kini aku tidak lagi bertugas di Soga, aku masih
sering datang. Aku sangat bersyukur mereka disana masih mengingatku. Mengabari aku
jika ada hajatan.
Akhirnya aku berani mengatakan
bahwa Soga adalah rumahku. Tempat dimana aku tidak akan kelaparan dan tidak
akan kedinginan.
Terima kasih untuk Bapak, Ibu,
Kakak, Adik yang selalu menerimaku dengan baik. Terima kasih untuk Keluarga Bapak
H. Budirman Azis, Bapak Hamzah, Bapak Nursam
Special thanks to https://web.facebook.com/wawan.soga (wawan) yang
mengajakku ke Soga kala itu. Siapa sangka kemudian aku mendapat tugas di Soga
dan kemudian mendapatkan banyak keluarga di sana.
No comments:
Post a Comment